Oleh: Ersya Fadhila Damayanti
Bahaya merokok mungkin belum menjadi prioritas utama bagi sebagian orang di luar sana. Namun, hal itu menjadi prioritas bagi Brave Mama, sebutan bagi para ibu yang berani melindungi anak-anaknya dari paparan asap rokok dan juga iklan rokok. Melalui
#BraveMamaStories, mereka membagikan pengalaman sekaligus mengajak para ibu lainnya untuk berani bersuara mendukung berbagai regulasi penting dalam pengendalian tembakau, khususnya iklan rokok dan Kawasan Tanpa Rokok (KTR).
Kita mulai cerita dari Elysabeth Ongkojoyo. Ibu yang sangat aktif melindungi anak-anaknya dari asap rokok ini memiliki pengalaman buruk ketika ia dan anaknya harus diusir secara halus oleh orang yang hendak merokok di dalam mal. Saat itu, Elysabeth menanyakan Peraturan Gubernur (Pergub) mengenai larangan merokok di dalam mal. Hingga akhirnya, ia membuat petisi yang ditujukan kepada Gubernur DKI Jakarta, J.CO Indonesia, dan Pluit Village Mall.
Perjuangan Elysabeth membuahkan hasil. Akhirnya, mal tersebut mendapat pengawasan dari Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Jakarta agar tidak ada lagi orang yang merokok di dalamnya. Tekad kuat menggiringnya untuk melakukan berbagai gerakan dengan tujuan Jakarta bebas rokok dan hak udara segar bagi anak dan ibu hamil terpenuhi. Melalui petisi yang dia buat, banyak orang tua akhirnya sadar akan pentingnya lingkungan anak agar terhindar dari asap rokok.
Cerita menarik lainnya datang dari Intan Rastini Ambara, seorang aktivis lingkungan yang dengan tegas mengatakan “Saya melawan rokok dan puntung rokok!”. Dalam upayanya menciptakan lingkungan tanpa rokok, Intan memulainya dengan membersihkan dan mengambil puntung rokok di area pantai. Kegiatan ini sekaligus mengajari kedua anaknya bahwa rokok adalah benda yang berbahaya, baik untuk lingkungan maupun kehidupan.
“Setelah berkeluarga dan menjadi ibu, saya selalu mengingatkan Kalki dan Kalvin, kedua anak saya, bahwa rokok adalah benda yang berbahaya. Ada satu kejadian di saat saya mengajak Kalki ke kantor tempat saya bekerja. Dia dengan berani mengambil rokok dari teman kerja saya dan menjauhkan rokok tersebut agar teman saya tidak merokok di dalam ruang kantor,” ucap Intan. Intan percaya, jika pemerintah membuat peraturan yang tegas dan mengendalikan peredaran rokok di negeri ini, semua kesehatan warga negaranya dapat terlindungi. Selain itu, alam dapat terjaga kelestariannya.
Hal serupa dilakukan oleh Aryni Freginia yang juga ingin menata kehidupan keluarga tanpa rokok. Mengingat Aryni yang memiliki riwayat asma, Aryni tak gentar mengingatkan suaminya untuk berhenti merokok. "Aku tidak pernah lelah mengingatkan suami bahwa kesehatan adalah segalanya bagi keluarga," tutur Aryni saat berbagi kisah tentang upaya yang dilakukan dalam menyemangati sang suami untuk berhenti merokok. Komitmen Aryni untuk menata keluarga termasuk aspek kesehatan sedini mungkin diharapkan dapat membuat keluarga kecilnya terus sehat dan bebas paparan rokok. Aryni juga mengatakan, para orang tua jangan takut untuk melindungi keluarga dari paparan asap rokok.
Sama halnya dengan Aryni, inilah yang juga dirasakan Inka Christine Ningsih ketika berusaha menjaga anaknya agar tidak terpapar asap rokok. Melindungi keluarga terutama buah hati dari asap rokok terkadang sulit sebab masih banyak orang yang tetap merokok tanpa peduli lingkungan sekitarnya.
“Saya mulai menghindari paparan asap rokok, apalagi setelah melahirkan dan mempunyai anak. Walaupun saya menghindar dan membawa anak ke tempat yang ramah untuk anak saya, ada saja satu atau dua orang yang merokok tanpa menghiraukan anak-anak yang ada di sekitarnya,” tutur Inka. Menurut Inka, peran orang tua sangat penting untuk memberikan edukasi tentang bahaya rokok pada anak. Menegur perokok di sekitar kita agar anak bisa terlindungi dari bahaya asap rokok adalah salah satu usaha untuk melindungi diri dan orang terkasih.
Seorang pecinta alam, Inmar Ramadhiani, bahkan sempat menegur atasannya yang merokok sembarangan di lingkungan kantor. Dalam melindungi kesehatan dirinya dan anak kedua yang kala itu masih dalam kandungan, dia berani melakukan hal tersebut. "Aku sempat menegur atasanku untuk sekedar mengingatkan akan pentingnya menjaga lingkungan kantor tetap sehat tanpa asap rokok," ujar Inmar.
Hal serupa turut dirasakan Siti Ika Fadriya. Sebagai seorang ibu yang sangat mencintai dunia anak, dia merasa tidak rela jika ada anak yang terpapar rokok. Keluarga Ika tahu akan bahaya rokok, hingga di rumahnya pun terdapat tulisan “Dilarang Merokok”. Selain menjaga keluarganya dari paparan rokok, Ika juga berani menegur orang yang merokok sembarangan.
Ika juga memiliki pengalaman yang menyebalkan baginya. Dia pernah melihat seorang bapak merokok di dekat anaknya. Ika mengatakan, kita harus berani menegur meski akan menerima penolakan.
“Menghadapi perokok harus siap mental, untuk menghadapi penolakan dari mereka walaupun tidak semuanya. Itu semua tentu bukan anti orangnya, tetapi tidak nyaman karena perbuatannya,” pungkasnya.
Cerita yang tak kalah menarik datang dari Sara Lea Tunas, seorang mantan perokok aktif yang memutuskan untuk berhenti ketika tengah mengandung. Bagi sara, merokok merupakan pilihan bebas seseorang atas kesehatan dan hidupnya masing-masing. Namun, sebagaimana halnya sebuah pilihan, hak dan kebebasan seseorang selalu berbenturan dengan hak dan kebebasan orang lain, dalam hal ini terkait hidup dan kesehatan.
Sara tidak menyangka ketika melihat banyak orang tua merokok di depan anak. Menurut Sara, melindungi kesehatan anak merupakan sifat alamiah setiap orang tua yang seharusnya disadari. Sampai satu ketika, Sara pernah menegur perokok yang tidak peduli lingkungan sekitarnya. Lalu, keluarlah sebuah teguran berani: "Pak, di sini banyak bayi, anak kecil, dan ibu hamil. Boleh cari tempat lain?" tegasnya tajam dan mereka hanya memandang heran lalu menjauh tanpa bicara apa-apa.? Satu teguran mungkin tidak berarti, tapi kalau terus menerus, bisa memberi sedikit harapan.
Selain upaya yang dilakukan di luar lingkungan rumah, kita juga perlu membangun lingkungan rumah yang bebas asap rokok. Seperti kisah Indrawati Zainuddin, kita bisa menengok upaya seorang ibu yang sangat memperhatikan kesehatan diri dan buah hatinya. Usahanya dalam melindungi keluarga adalah dengan menjadikan rumahnya bersih tanpa asap rokok.
“Setiap orang yang bertamu atau berada di rumah saya tidak boleh merokok, rumah saya harus bersih dari asap rokok,” tegasnya. Indrawati tak segan menegur orang yang merokok di lingkungannya. Pernah suatu ketika, Indrawati harus menghadiri resepsi pernikahan kerabat di kota tempat tinggalnya. Saat banyak orang yang merokok di dalam gedung acara tersebut, dia memilih diam di luar gedung. Tak lama, Indrawati diminta untuk masuk, tetapi dia menolak.
“Saya baru akan masuk kalau orang-orang yang merokok itu sudah tidak ada,” ucapnya.
Baginya, merokok memang bukan perbuatan jahat yang dilarang, tetapi semua orang berhak untuk tumbuh dengan sehat tanpa ancaman dari bahaya rokok.
Tak jauh berbeda dengan Indrawati, hal itu juga dilakukan oleh Nina Samidi. Di tengah kesibukannya bekerja sebagai aktivis pengendalian tembakau, Nina pantang lelah dalam mengawasi dan melindungi anak-anaknya dari bahaya rokok. Menurut Nina, melindungi anak dan mengawasinya bermain smartphone adalah langkah awal untuk membangun benteng dari iklan rokok. Menurutnya, peran orang tua sangat penting dalam memberi edukasi kepada anak tentang bahaya rokok.
Begitulah kisah para ibu pemberani yang tidak segan bersuara menolak rokok. Bagaimanapun juga, rokok berdampak buruk bagi berbagai bidang kehidupan, termasuk kesehatan dan lingkungan. Melindungi orang tercinta dari bahaya rokok adalah sebuah keharusan.
Jangan takut untuk menegur dan bersuaralah hidup tanpa rokok!